Contoh Pidato Bersejaranhya Tentang Islam dan Sekulerisme
Pidato juga dikatakan sebagai penyampaian pikiran secara lisan di depan penonton atau pendengar. Tujuan pidato dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Informatif
Pidato informatif bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca atau pendengar. Berupa petunjuk tentang sesuatu, pengarahan tentang masalah tertentu, dan penjelasan tentang obyek tertentu.
- Rekreatif
Pidato rekreatif bertujuan untuk menghibur para pendengar. Saat menyampaikan pidato, orator perlu menyelipkan beberapa hiburan, sehingga pidato yang disampaikan dapat tercapai.
- Persuasif
Tujuan pidato persuasif adalah untuk memengaruhi para pendengar. Pada saat menyampaikan informasi, orator perlu memengaruhi atau mengajak.
Sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh pendengar dalam kehidupannya sehari-hari.
Persiapan pidato
Sebelum berpidato didepan umum ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan siapkan diantaranya adalah
- Mengetahui wawasan pendengar pidato secara umum
- Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan.
- Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
- Mengetahui jenis pidato melalui tema acara,
- Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato dan lain sebagainya.
Kriteria Berpidato yang Baik
- Isinya sesuai dengan apa yang sedang berlangsung
- Bermanfaat bagi pendengar
- Isinya jelas dan benar serta objektif
- Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
- Tersampaikan secara baik dan benar
Berikut Contoh Pidatonya:
Contoh Pidato Bersejaranhya Tentang Islam dan Sekulerisme
Berikut ini petikan pidatonya. Selamat mengikuti:
*****
Pilihan kita, satu dari dua: sekulerisme atau agama.
Sdr. Ketua! Apa itu sekulerisme, tanpa agama, la-diiniyah?
Sekulerisme adalah suatu cara hidup yang mengandung paham tujuan dan sikap hanya di dalam batas hidup keduniaan. Segala sesuatu dalam kehidupan kaum sekuleris tidak ditujukan kepada apa yang melebihi batas keduniaan. Ia tidak mengenal akhirat, Tuhan, dsb.
Walaupun ada kalanya mereka mengakui akan adanya Tuhan, tapi dalam penghidupan perseorangan sehari-hari umpamanya, seorang sekuleris tidak menganggap perlu adanya hubungan jiwa dengan Tuhan, baik dalam sikap, tingkah laku dan tindakan sehari-hari, maupun hubungan jiwa dalam arti doa dan ibadah. Seorang sekuleris tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengetahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai moral itu ditimbulkan oleh masyarakat semata-mata. Ia memandang bahwa nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah atau pun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata, dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam penghidupan saat ini belaka
Di lapangan ilmu pengetahuan, Sdr. Ketua, sekulerisme menjadikan ilmu-ilmu terpisah daripada nilai-nilai hidup dan peradaban. Timbullah pandangan bahwa ilmu ekonomi harus dipisahkan dari etika. Ilmu sejarah harus dipisahkan dari etika. Ilmu sosial harus dipisahkan dari norma-norma moral, kultur dan kepercayaan. Demikian juga ilmu jiwa, filsafat, hukum, dsb. Sekedar untuk kepentingan obyektiviteit. Sikap memisahkan etika dari ilmu pengetahuan ada gunanya, tetapi ada batas-batas dimana kita tidak dapat memisahkan ilmu pengetahuan dari etika.
Kemajuan ilmu teknik dapat membuat bom atom. Apakah ahli-ahli ilmu pengetahuan yang turut menyumbangkan tenaga atas pembikinan bom tersebut harus ikut bertanggungjawab atas pemakaiannya atau tidak? Bagi yang memisahkan etika dari ilmu pengetahuan mudah saja untuk melepaskan tanggungjawab atas pemakaian bom itu. Di sini kita lihat betapa jauhnya sekulerisme. Ilmu pengetahuan sudah dijadikan tujuan tersendiri, science for the sake of science.
Di dalam penghidupan perseorangan dan masyarakat, sekulerisme la-diiniyah tidak memberi petunjuk-petunjuk yang tegas. Ukuran-ukuran yang dipakai oleh sekulerisme banyak macamnya. Ada yang berpendapat bahwa hidup bersama laki-laki dan wanita tanpa kawin tidak melanggar kesusilaan. Bagi satu negara menentukan sikap yang tegas terhadap hal ini adalah penting. Sekulerisme dalam hal ini tidak dapat memberi pandangan yang tegas, sedangkan agama dapat memberi keputusan yang terang.
Pengakuan atas hak milik perseorangan, batas-batas yang harus ditentukan antara hak-hak buruh dan majikan, apa yang kita maksud dengan perkataan adil dan makmur, ini semua ditentukan oleh kepercayaan kita. Sekulerisme tidak mau menerima sumber ke-Tuhanan untuk menentukan soal-soal ini. Kalau demikian terpaksalah kita melihat sumber paham-paham dan nilai-nilai itu semata dari pertumbuhan masyarakat yang sudah berabad-abad berjalan sebagaimana yang didorongkan oleh sekulerisme. Ini tidak akan memberi pegangan yang teguh. Ada beribu-ribu masyarakat yang melahirkan bermacam-macam nilai. Ambillah, misalnya soal bunuh diri. Ada masyarakat yang mengijinkan dan ada yang melarang. Yang mana yang harus dipakai? Bagi suatu negara mengambil sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai sikap yang menentukan adalah penting, karena hukum-hukum mengenai persoalan itu akan dipengaruhi oleh sikap tersebut. Lagi, disini sekulerisme tidap dapat memberikan pandangan yang positif.
Jika timbul pertanyaan, apa arti penghidupan ini, sekulerisme tidak dapat menjawab dan tidak merasa perlu menjawabnya. Orang yang kehilangan arti tentang kehidupan, akan mengalami kerontokan rohani. Tidaklah heran, bahwa di dalam penghidupan perseorangan, sekulerisme menyuburkan penyakit syaraf dan rohani. Manusia membutuhkan suatu pegangan hidup yang asasnya tidak berubah. Jika ini hilang, maka mudahlah baginya mengalami taufan rohani. Demikian akibat pemahaman sekulerisme dalam hidup orang perseorangan. Pengaruh agama terhadap kesehatan rohani ini telah diakui oleh ilmu jiwa jaman sekarang.
Ada satu pengaruh sekulerisme yang akibatnya paling berbahaya dibandingkan dengan yang saya telah sabut tadi. Sekuleris, sebagaimana kita telah terangkan, menurunkan sumber-sumber nilai hidup manusia dari taraf ke-Tuhanan kepada taraf kemasyarakatan semata-mata. Ajaran tidak boleh membunuh, kasih sayang sesama manusia, semuanya itu menurut sekulerisme, sumbernya bukan wahyu Ilahi, akan tetapi apa yang dinamakan: Penghidupan masyarakat semata-mata. Umpamanya dahulu kala nenek moyang kita, pada suatu ketika, insaf bahwa jika mereka hidup damai dan tolong menolong tentu akan menguntungkan semua pihak. Maka dari situlah katanya timbul larangan terhadap membunuh dan bermusuhan.
Kita akan lihat betapa berbahayanya akibat pandangan yang demikian. Pertama, dengan menurunkan nulai-nilai adab dan kepercayaan ke taraf perbuatan manusia dalam pergolakan masyarakat, maka pandangan manusia terhadap nilai-nilai tersebut merosot. Dia merasa dirinya lebih tinggi daripada nilai-nilai itu! Ia menganggap nilai-nilai itu bukan sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi, tapi sebagai alat semata-mata karena semua itu adalah ciptaan manusia sendiri
Jika dibandingkan dengan sekularisme yang sebaik-baiknya pun, maka adalah agama masih lebih dalam dan lebih dapat diterima oleh akal. Setinggi-tinggi tujuan hidup bagi masyarakat dan perseorangan yang dapat diberikan oleh sekularisme, tidak melebihi konsep dari apa yang disebut humanity (perikemanusiaan). Yang menjadi soal adalah pertanyaan, Dimana sumber perikemanusiaan itu? Apa dasarnya? Komunisme, umpamanya, mempunyai konsep perikemanusiaan yang berlainan dengan kita. Di dalam Negara yang mereka cita-citakan, adanya hak milik dianggap melanggar asas-asas kemanusiaan. Bagi kita, adanya hak milik adalah syarat untuk perikemanusiaan, karena sesuai dengan fitrah manusia.
Sekulerisme, la-diiniyah, tanpa agama, Saudara ketua, tidak bisa memberi keputusan jika ada pertentangan pikiran berkenaan dengan konsepsi masyarakat, hidup sempurna dan sebagainya. Pertentangan tentang konsep kemanusiaan ini tidak mungkin diselesaikan dengan paham sekulerisme yang pada hekekatnya merelatifkan semua pandangan-pandangan hidup. Paham agama adalah sebaliknya.
Ia memberikan dasar yang terlepas dari relativisme. Inilah sebabnya mengapa konsepsi humanity yang berdasarkan agama, lebih logis, lebih meliputi, dan lebih memuaskan. Paham agama memberikan dasar yang tetap, yang tidak berubah. Segala yang bergerak dan berubah harus mempunyai dasar yang tetap, harus mempunyai apa yang dinamakan point of refrence , titik tempat memulangkan segala sesuatu. Jika tidak ada dasar yang tetap, maka niscaya krisis dan bencana akan timbul
Agama memberi kepada pemeluknya lebih banyak kemungkinan untuk mencari ilmu pengetahuan dan kebenaran. Segala filsafat yang sekuler mengakui sebagaimana juga dasar berpikir, yaitu empirisme (mahalul tajribah), rasionalisme (mahalul-aqly), dan intuitionisme (mahalul-ilhami). Dasar wahyu, revelation atau pun openbaring tidak diakuinya. Agama lebih daripada itu. Ia mengakui semuanya itu dan memberikan ketentuan yang tegas dimana daerah berlakunya masing-masing. Karena itu, agama lebih luas dan lebih dalam daripada paham sekuler.
Paham agama meliputi seluruh bagian hidup. Seorang yang menderita oleh karena ditinggal mati oleh seorang yang dikasihi, dapat suatu tafsiran atau pun penjelasan daripada agama. Matinya seseorang ini ada artinya di dalam rencana hidup yang dibentangkan oleh agama. Begitu juga penderitaan yang ditinggalkannya. Segala sesuatu kejadian itu ada hubungannya dengan yang menguasai alam ini.
Perasaan yang diderita oleh yang ditinggalkan tidak dibiarkan begitu saja. Di dalam keadaan yang demikian agama memberi pandangan hidup yang harus diikuti. Pendeknya di dalam segala lapangan hidup, pikiran, perasaan, tindakan dan lain-lain, agama memberi pimpinan. Tidak demikian halnya dengan paham sekuler. Seorang Marx atau seorang Darwin tidak memberi tempat dalam filsafat hidupnya kepad pergolakan yang terjadi dalam jiwa manusia. Semuanya ditinjau dari sudut proses alam atau alamiah semata-mata. Yang dipentingkannya adalah manusia sebagai group (collectivity).
Kembali pada soal perpaduan antara ide perasaan tadi. Agama tidak hanya menguatkan percaya dengan beberapa ajaran-ajaran tertentu. Agama, karena beberapa sifatnya yang khusus, mempunyai kesanggupan untuk menggerakkan jiwa manusia, dalam hal ini berlainan pengaruhnya dari filsafat
Seorang ahli filsafat dan ilmu jiwa ternama, William James membandingkan pengaruh kepercayaan atas orang Nasrani pada permulaan timbulnya agama Kristen dengan pengaruh ide-ide humanism atas pengikut Stoa. Mereka keduanya percaya adanya Tuhan. Hanya yang satu agama, yang satu lagi filsafat. Perasaan dan tenaga batin yang digerakkan oleh agamanya bagi seorang Nasrani berlainan daripada pengaruhnya humanisme atas seorang pengikut Stoa, sesungguhnya pokok-pokok kepercayaan masing-masing banyak yang sesuai. Gerakan batin yang khusus ini merupakan kelebihan dari agama karena pengaruhnya itu sangat mendalam sehingga meninggalkan bekas. Gerakan batin ini, sebagaimana kita telah kemukakan, menguatkan perasaan hidup manusia lebih dari filsafat, karena memang agama lebih cocok dengan fitrah manusia
Inilah penutup pidato Mohammad Natsir:
Dalam menghadapi pekerjaan kita yang menentukan perkembangan bangsa kita selanjutnya turun-temurun, kita sesungguhnya tak dapat melepaskan diri dari pokok persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam bad ke-20 ini. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan industrialisasi yang luar biasa telah memberikan taraf kehidupan materi paling tinggi dalam sejarah manusia. Dalam kegiatan menaklukkan materi yang ada di sekelilingnya, manusia lupa kepada dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan.
Maka disamping segala hasil kemajuan materi yang melimpah-limpah itu, disertai oleh berpalingnya manusia dari tuntunan Ilahi, ternyatalah segala sesuatunya mengakibatkan pula kehilangan pegangan dan keseimbangan hidup. Kehilangan keseimbangan hidup yang amat berbahaya itu justru makin kelihatan gejala-gejalanya dalam kalangan mereka yang paling maju dalam sekulerisme yang hanya pandai merusakkan nilai-nilai hidup beragama tetapi sama sekali tidak mampu memberi pegangan hidup yang teguh sebagai penggantinya.
Dengan kemampuannya untuk menguasai dan mempergunakan kekuatan alam sekitarnya, dengan maksud untuk mencapai taraf hidup yang lebih terkurung di dalam lingkaran kekhawatiran dan ketakutan, mengingatkan bencana yang akan menimpa menghancurleburkan umat manusia, disebabkan oleh hasil ilmu dan buatan tangannya sendiri. Telah merajalela kerusakan di darat dan di laut, yang diperbuat oleh tangan manusia, supaya dirasakan oleh mereka sebagian dari apa yang diperbuat oleh mereka, agar mereka sadar kembali. (Ar-Rum:41).
Mereka yang mulai sadar akan bencana yang mengancam itu, mulailah mencari-cari jalan kembali, untuk memperoleh pegangan hidup dan keseimbangan hidup. Pada akhirnya pokok persoalan kembali kepada pilihan sebagai orang di persimpangan jalan, apakah akan meneruskan sekulerisme dengan segala akibatnya, ataukah akan kembali kepada tuntunan Ilahi, sehingga akan terbuktilah firman Ilahi: Akan kami perlihatkan kepada mereka bukti-bukti kebenaran Kami di seluruh jagad dan dalam hati mereka sendiri, sehingga menjadi teranglah bagi mereka apa yang dari Kami itu. Itulah yang haq dan benar. (al-Fushilat:53).
Maka, Saudara Ketua, dengan penuh tanggung jawab kami ingin mengajak bangsa kita, bangsa Indonesia yang kita cintai itu, untuk siap siaga menyelamatkan diri dan keturunannya dari arus sekulerisme itu, dan mengajak dengan sungguh-sungguh supaya dengan hati yang teguh, merintis jalannya memberikan dasar hidup yang kukuh kuat sesuai dengan fitrah manusia, agar akal kita dan kalbunya, seimbang kecerdasan dengan akhlak budi pekertinya, yang hanya dapat dengan kembali kepada tuntunan Ilahi.
*****
Itulah cuplikan pidato Mohammad Natsir tentang Islam dan sekularisme, yang mengajak agar para pemimpin dan tokoh bangsa Indonesia, meninggalkan paham sekularisme dan bersedia menerima bimbingan Allah SWT dalam menjalani kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya. Amin. (*Pidato lengkap M. Natsir ini juga dimuat dalam buku, M. Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam, Jakarta: DDII, 2001, hlm. 195-230).*
Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan IslamUniversitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah.com
Contoh Naskah Pidato Singkat dalam Berbagai Tema
- Contoh Pidato Singkat Tentang Semangat Belajar
- Contoh Tugas Pidato Tentang Lingkungan Bahasa Inggris
- Contoh Pidato Bahasa Malaysia Tajuk: Alam Sekitar Tanggungjawab Bersama
- Contoh Pidato Singkat Tentang Kenakalan Remaja Saat Ini
- Contoh Pidato Tentang pelopor Demi Indonesia
- Pidato Tentang Kenakalan Remaja Bahasa Inggris Beserta Terjemahannya
- Pidato Perayakan Maulid Nabi MUHAMMAD SAW
- Pidato : Perpisahan Kelas 9 Mudah Di Hafal
- Contoh Pidato Pengaruh Globalisasi Dikalangan Pelajar
- Contoh Pidato Tema Perbandingan Ekonomi Negara Indonesia dan Negara Malaysia dilihat dari pendapatan perkapita
- Contoh Pidato Singkat Tentang Pendidikan Mudah di Hafal
Banyak sekali Contoh pidato yang tersedia disini dari Contoh pidato
bahasa jawa, Contoh Pidato Bahasa Sunda, contoh pidato bahasa inggris
singkat, contoh pidato bahasa inggris tentang pendidikan
,contoh
pidato bahasa inggris tentang covid-19, pidato bahasa inggris tentang
akhlak, contoh pidato bahasa inggris singkat tentang islam, materipedia.my.id, pidato
bahasa inggris singkat tentang pendidikan, contoh pidato bahasa inggris
tentang lingkungan, contoh pidato bahasa inggris tentang menjadi diri
sendiri, contoh pidato bahasa jawa tentang pendidikan, contoh pidato
bahasa jawa tentang covid-19, contoh pidato bahasa jawa tentang
perpisahan, contoh pidato bahasa jawa tentang menuntut ilmu, contoh
pidato bahasa jawa tentang kesehatan, pidato bahasa jawa tengah, pidato
bahasa jawa krama, pidato bahasa jawa singkat tentang kebersihan .
Orang lain juga menelusuri
- impromptu adalah
- jelaskan tujuan orang melakukan pidato
- bagaimana konsep urutan dari isi pidato
- bagaimana melakukan pidato dengan baik
- sebutkan langkah-langkah menulis pidato
- sebutkan metode pidato
- contoh pidato lisan
- contoh pidato tentang lingkungan
- contoh pidato tentang covid-19
- contoh pidato perpisahan
- contoh pidato islami
- contoh pidato pendidikan
- contoh pidato yang menarik dan tidak membosankan
- contoh pidato persuasif
Posting Komentar untuk "Contoh Pidato Bersejaranhya Tentang Islam dan Sekulerisme"